Bukti Kecintaan Sang Prabu kepada Rakyat Sunda
Sebuah situs berupa petilasan (pertapaan) Prabu Siliwangi, berupa tumpukan batu yang tertata rapi membentuk persegi. Diatasnya terurai kain putih tempat peziarah menabur bunga. Dan sebuah batu ditata tegak, pertanda batu nisan. Seolah kehadiran Sang Prabu cukup dekat saat itu.
Udara khas pegunungan nan bersih, jauh dari polusi ditambah dengan pemandangan yang indah Gunung Ciremai. Gunung Ciremai satu diantara tempat yang menyimpan legenda kehidupan Prabu Siliwangi semasa hidupnya. Di kaki gunung Ciremai ini, terdapat pemandian Cibulan, 7 mata air dan bekas pertapaan Prabu Siliwangi, yang terletak di Desa Maniskidul, Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan Jawa Barat.
Pemandian Cibulan berupa kolam besar dengan panjang 70 meter dan lebar 30 meter, diresmikan pada 27 Agustus 1939 oleh bupati Kuningan. Terletak di ketinggian 550 mdpl, hawa udara dan air yang dingin menyentuh tiap kulit pengunjung. Sensasi berikutnya berupa puluhan ikan dewa (kancra bodas) menyambut kedatangan wisatawan. Tidak sedikit wisatawan yang menjulurkan tangan memberi potongan makanan kepada ikan dewa. Bagi yang tidak puas hanya memberi makan, bisa memegang dan mengangkatnya dari kolam.
Tidak usah takut dengan ikan dewa itu, karena ikan dewa yang rata-rata ukuran 30 cm ini cukup jinak dan bersahabat bagi pengunjung. Ikan dewa tersebut memiliki jumlah sirip 7 buah, memiliki kumis, tidak berbau amis dan mulut diatas. Pengunjung dihadapkan pada legenda yang beredar di masyarakat, bahwa ikan dewa (kancrabodas) merupakan jelmaan prajurit pengawal Prabu Siliwangi yang tidak mentaatititah sang Prabu.
Bukti bahwa ikan dewa itu jelmaan manusia, pengunjung dianjurkan membawa 7 buah buah apel merah. Setiap irisan kecil apel menjadi santapan ikan-ikan dewa. Mitos yang beredar di sekitar warga, dengan memberi makan 7 buah apel akan memudahkan rezekinya.
Tak jauh dari kolam tersebut terdapat 7 sumurberupa mata air, menurut kepercayaan masyarakat setempat merupakan petilasan pertapaan Prabu Siliwangi. Tak jarang, wisatawan yang datang tidak hanya dari daerah Kuningan dan Cirebon, bahkan para pejabat dari Jakarta sering berziarah di mata air petilasan Prabu Siliwangi ini.
Sesuai dengan kepercayaan masing-masing pengunjung. Mereka mengunjungi 7 mata air ini dengan niat dan tujuan mendapatkan kesembuhan dari penyakit, dengan meminum air dari 7 mata air. Setiap mata air memiliki khasiat sesuai dengan keyakinan pengunjung. Mata air tersebut telah ada sebelum dibangun kolam Cibulan.
Menurut Nasran salah seorang juru kunci, ketujuah mata air ini banyak dikunjungi oleh pejabat sampai masyarakat umum, karena memiliki khasiat.“Para peziarah biasanya ber-nazar, jika penyakit yang diderita sembuh setelah meminum air disini. Di kunjungan keduanya, mereka kembali untuk mandi dari mata air. Kemudian mengelar kenduri (selamatan). Untuk ritual khusus, biasanya dilakukan pada malam Jumat Kliwon,” tutur Nasran.
Ketujuh mata air tersebut antara lain, pertama mata air kejayaan, kedua mata air keselamatan, ketiga mata air pengabulan, keempat mata air kemulyaan, kelima mata air Cisadane (cita-cita), keenam mata air Cirancana dan ketujuh mata air kemudahan.
Setiap sumur mata air memilik inam asesuai denganf ungsinya. Lebih lanjut Nasran mengungkapkan, setiap pengunjung yang mempunyai hajat (keinginan) kepada Sang Pencipta, ada kalanya melakukan beberapa ritual seperti membasuh muka, meminum air dan mandi dari sumur tersebut. “Sebelum mengambil air dari sumur mata air, seyogyanya diawali dengan membaca basmalah, dua kalimat syahadat dan membaca sholawat,” tutur Nasran.
Disumur pertama dan ketujuh, pengunjung bisa membasuh muka dan mandi. Sedangkan sumur kedua, ketiga, keempat, kelima dan keenam, pengunjung hanya bisa membasuh muka dan meminum air tersebut.
Selain tujuan tersebut, masyarakat yang memegah teguh adat istiadat biasanya membutuhkan air tujuh dari tujuh sumur. Nasran menjelaskan tujuan pengunjung mengambil tujuh mata air di sumur tujuh petilasan Prabu Siliwangi ini.“Air dari 7 mata air ini, biasanya digunakan untuk ritual siraman pengantin dan ritual siraman tujuh bulanan. Ketujuhmata air ini cukup membantu bagi masyarakat yang akan melaksanakan ritual adat,” jelas Nasran.
Sebuah petilasan tempat Prabu Siliwangi bertapa. Petilasan ini telah dibangun sebuah paseban dengan tembok dan atap permanen, guna melindungi peziarah dari hujan. Konon, disinilah Sang Prabu yang adil dan bijaksana menjalani semedinya selama puluhan tahun untuk meminta sumber mata air kepada Sangh yang Kersa agar rakyatnya tidak kekeringan. Pada suatu malam muncul 7 sumber mata air tepat pada bulan purnama. Maka kemudian pemandian ini disebut sebagai Cibulan, terkait dengan waktu munculnya mata air tersebut.